Pages

Friday, January 13, 2012

Sosok ayah mempengaruhi intelegensi dan perilaku anak..


Sepertinya sudah menjadi sebuah kelaziman yang diterima secara umum, bahwa urusan mengasuh anak adalah urusan perempuan. Peran seorang ayah lebih banyak diakui sebagai pemimpin yang mengarahkan, sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah, dll. Sebagian besar waktu seorang ayah dihabiskan hanya untuk mencari nafkah dan menyerahkan segala urusan mengasuh anak pada ibu atau pengasuh.
Belum lagi ditambah dengan maraknya kasus-kasus perceraian yang meningkatkan jumlah single parents di Indonesia yang umumnya kaum wanita. Jumlah perceraian di Indonesia semakin meningkat. Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA), kurun 2010 ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir (detikNews, 5/09/11). Jelas bahwa fenomena ini akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional dan intelektual anak jika anak harus dibesarkan oleh salah satu orang tua biologisnya.
Sebuah laporan penelitian yang dilansir oleh situs science daily 31 Agustus 2011, meskipun baru sebatas uji coba teori pada hewan, tetapi usia ayah mempengaruhi kesehatan mental anak. Kali ini sebuah laporan penelitian juga memperlihatkan bahwa faktor ayah sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. “Ayah memberikan kontribusi penting dalam perkembangan perilaku dan kecerdasa anak-anak mereka” kata Erin Pougnet, seorang kandidat PhD di Universitas Concordia, Departemen Psikologi dan anggota dari Centre for Research in Human Development (CRDH).

“Dibandingkan dengan anak-anak lain dibesarkan tanpa ayah, anak-anak yang memiliki ayah yang aktif mengasuh anak-anak sejak usia dini dan menengah memiliki masalah perilaku buruk yang lebih sedikit dan kemampuan intelektual lebih tinggi. Tambah Pougnet.

Pengaruh patriarki
Budaya patriarki tidak selamanya buruk. Budaya patriarki pun membawa dampak positif bagi perkembangan emosional dan kecerdasan anak. “Terlepas dari apakah ayah tinggal bersama anak-anak mereka, kemampuan mereka untuk menentukan batas-batas dan struktur yang sesuai perilaku anak-anak mereka secara positif mempengaruhi pemecahan masalah dan penurunan masalah emosional, seperti sedih, terisolasi dari kehidupan sosial dan kecemasan,” lanjut Pougnet.
Penelitian tersebut melibatkan sebanyak 138 anak-anak dan orang tua dan dinilai oleh para peneliti dalam tiga sesi terpisah. Anak-anak yang digunakan sebagai sampel berusia antara 3 sampai 3 tahun dan  9 sampai 13-tahun. Mereka menyelesaikan tes kecerdasan, sementara ibu mereka menjawab kuesioner yang terkait dengan kondisi rumah dan beberapa konflik. Berdasarkan jumlah anak-anak yang direkrut, penelitian ini merupakan proyek penelitian Longitudinal yang terbesar di Corcordia dan lebih besar dibandingkan dengan sebuah studi antargenerasi diluncurkan pada tahun 1976.
Guru sekolah tempat anak-anak sampel  juga dilibatkan dalam penelitian sebagai pengamat perilaku anak di luar rumah. “Guru merupakan sumber agak lebih informasi yang lebih independen dari informasi yang diberikan oleh ibu, ayah atau anak-anak sendiri,” kata Pougnet,

Berpengaruh besar pada anak perempuan
Studi ini menemukan bahwa anak gadis yang paling terpengaruh karena ketidakhadiran seorang ayah, meskipun para peneliti mengingatkan bahwa ketidakhadiran ayah dapat memupuk masalah lain seperti kurangnya dukungan atau disiplin. “anak-anak perempuan yang dibesarkan tanpa dukungan dari seorang ayah selama masa kanak sampai masa remaja memiliki masalah emosional di sekolah yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan dibesarkan dengan adanya sosok seorang ayahnya” kata Pougnet.

Lisa A. Serbi, seorang profesor di Departemen Psikologi Concordia, dan juga tim penelitian mengatakan bahwa “studi kami meneliti peran ayah adalah faktor yang krusial dalam perkembangan anak-anak mereka, anak-anak tidak perlu melakukan sesuatu buruk tanpa ayah mereka. Ibu-ibu dan pengasuh lainnya juga penting tetapi tidak diragukan lagi bahwa ayah berdampak besar, meskipun ada pula anak yang tanpa kontak dengan ayah memiliki tingkat intelektual dan emosial yang baik pula”.

Penelitian ini didukung oleh Canadian Institutes of Health Research and the Social Sciences and Humanities Research Council of Canada.

0 comments:

Post a Comment

 
Share