Pages

Tuesday, April 3, 2012

ASTENOPIA


ASTENOPIA merupakan gangguan fungsi penglihatan dengan penyebab dan gejala-gejala yang sangat majemuk yang melibatkan faktor fisik, fisiologis, psikologis, bahkan faktor sosial. Penggunaan komputer menunjukkan meningkatnya kejadian ASTENOPIA. Pengobatan antara lain mengatasi masalah sistim berlebihan, pemberian air mata buatan, penataan ergonomik tempat dan lingkungan kerja. ASTENOPIA adalah gejala-gejala yang diakibatkan oleh adanya upaya berlebihyan untuk memperoleh ketajaman binokuler yang sebaik-baiknya dari sistem penglihatan yang berada dalam keadaan kurang sempurna. sedangkan menurut US National Research Council / WHObatasannya lebih luas, yaitu astenopia adalah keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami seseorang akibat menggunakan matanya. Istilah istilah lain yang juga dipakai untuk tujuan yang sama adalahEye Strain, Visual Discomfort dan Ocular fatigue atau disebut juga mata lelah. Meskipun astenopia belum terbukti menimbulkan, penting diperhatikan, terutama pada mereka yang memerlukan penglihatan dekat dalam waktu lama untuk melakukan pekerjaan.
Pada tulisan ini akan dikemukakan penyebab, faktor-faktor dan gejala-gejala astenopia serta hubungannya dengan penggunaan komputer, dalam upaya memahami penanggulangan keadaan tersebut.
Patogenesis Astenosia
Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti berikut:
1. Cahaya masuk ke mata dari benda yang dilihat tidak cukup.
2. Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna.
3. Mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan yang lebih sentral (otak) dan upaya untuk mempertahankannya tidak memadai.
Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, yaitu keadaan iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas, kualitas, kualitas dan distribusi iluminasi yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau redup, berfluktuasi, araha yang miring dan menyilaukan dapat mengurangi daya sensifitas retina. Obyek berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur dan kurang kontras atau bergerak, ternyata juga memudahkan timbulnya astenopia.
Pemfokuskan cahaya terganggua bila terjadi kelelahan otot siliaris dan otot-otot luar bola mata (Faktor intristik). Kelelahan otot siliaris terjadi pada penggunaan kacamata yang tidak sesuai ukurannya yang menyebabkan kelemahan akomodasi dan konvergensi. Selain itu, gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua mata tidak sama besar akibat perbedaan ukuran kacamata kanan dan kiri terlalu besar (anisometropia).
Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor konstitusi. Keadaan tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat, bekerja dibawah tekanan (under pressure), kurang tidur, pemakaian obat-obatan, kelainan emosi dan gangguan psikogenik lainnya. Selain orang yang berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terorginisis baik kepribadiannya), terutama jika mereka bergerak di bidang kehidupan intelektual, dan selalu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki diri, dapat kehilangan sebagian energi kehidupannya yang akhirnya dapat mengalami kondisi kelelahan.
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan temporer tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis pada penderita astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan antara astenopia dengan gangguan-gangguan akomodasi dan konvergensi. Meningkatnya tonus parasimpatis terlihat dengan adanya diameter pupil yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih lemahnya akomodasi dibandingkan dengan orang normal. Tonus parasimpatis yang meningkat merupakan dasar beberapa keluhan pada penderita astenopia.
Gejala-gejala Astenopia
Astenopia dapat terjadi baik pada orang yang tergolong normal ataupun dengan faktor-faktor diatas. Keluhan ini lebih banyak dijumpai pada umur lebih dari 40 tahun, para pemakai kacamata dan mereka yang bekerja mempregunakan penglihatan dekat dalam waktu lama. Wanita lebih sering menderita astenopia daripada laki-laki.
Keluhan astenopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Okuar, misalnya mata terasa pegal, berat, cepat lelah, pedas, panas, tak nyaman atau sakit sekitar mata.
2. Visual, misalnya penglihatan menjadi kabur rangkap atau penglihatan warna berkurang.
3. Referal, misalnya sakit kepala, bahu dan punggung.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat individual, dapat meningkatkan dan biasanya menghilang bila istirahat atau bangun tidur.
Untuk mengatasi bisa digunakan obat tetes airmata (artificial tears), lensa kontak, penyisipan lensa okular, penutupan kantung airmata (lacrimal plug), kacamata yang tertutup rapat (goggles), serta mengobati kelainan yang ada, misalnya infeksi kelopak.
“Tetes mata sebaiknya diteteskan di kantung dekat kelopak mata bawah luar agar tidak cepat keluar lagi. Jangan langsung diteteskan di kornea. Untuk meratakan mata dikedip-kedipkan,” saran dari dr Fatma Asyari SpM(K) dari FKUI.
Sumber:
- Majalah Elfata edisi 11 vol. 08 2008
 
Share